Category Archives: Hikmah

Goal Setting

Sudah akhir tahun lagi ya? Seperti biasa, kurang afdol kalo ngga bicara soal target, tujuan, cita-cita di tahun depan. Tapi kali ini saya ngga akan bahas soal target-target ke depan, saya cuma mau berbagi tips-tips yang pernah disampaikan oleh pak Teddy Prasetya (@teddiprasetya) melalui tweet-nya terkait dengan cita-cita (Goal Setting), beberapa waktu lalu. Semoga bermanfaat :)

  • Tempo hari, saya pernah tulis status tentang hidup layaknya naik taksi. Jika tanpa tujuan, selain mahal, tentu nyasar. #Goal
  • Maka punya tujuan jelas mutlak untuk hidup bahagia. Sebab, manusia memang makhluk yang digerakkan oleh tujuan. #Goal
  • Disadari atau tidak, kita sejatinya pasti punya #Goal. Pun ketika gagal. Ya gagal itulah tujuan yang tidak sengaja kita ciptakan.
  • T: Mau kemana? J: Nggak kemana-mana. Nah, nggak kemana2, berarti di sini. Ya di sinilah tujuan kita. Ini yg saya maksud tidak disadari. #Goal
  • Maka tak heran ilmu tentang #Goal Setting sudah muncul sejak dulu kala. Yang dilakukan #NLP adalah membuatnya lebih praktis.
  • #NLP menyebut #Goal sebagai #Outcome. Konon, karena ia kebalikan dari #Income. Maknanya, ‘goal’ sesuatu yang kita hasilkan.
  • #Outcome pun menjadi pilar penting saat seseorang menggunakan #NLP, sebelum hal yang lain. Kegagalan treatment sering terjadi karena abaikan #Goal.
  • Anda sudah tahu tentang metode #Goal Setting: SMART? Nah, metode #NLP akan menjadikan SMART terasa lebih nyata bagi kita.
  • Metode #Goal Setting dalam #NLP sering disebut dengan “Wellformed Outcome”. Alias sebuah tujuan yang dibentuk dengan baik.
  • Ada beberapa versi “Wellformed Outcome” atau #WFO, mulai dari syarat yang panjang sampai ringkas. Saya akan bahas yang ringkas. #Goal
  • #WFO ini diajarkan oleh Richard Bandler dalam modul sertifikasinya. Cukup 4 syarat saja. Versi lain bisa mencapai 20 syarat! #Goal
  • Syarat PERTAMA, sebuah #Goal mestilah ditulis dalam bentuk kalimat positif. Alias, tidak gunakan kata negasi seperti tidak, bukan, dll.
  • Alih-alih tulis saya tidak ingin miskin, tulislah bahwa saya ingin kaya. Mengapa? Karena pikiran memang lebih mudah memproses bentuk positif. #Goal
  • Seperti saya pernah bahas soal #negasi, kata ‘tidak’ membuat kita berhenti layaknya di lampu merah. Tapi tidak arahkan kemanapun. #Goal
  • Cukupkah dengan ini? Tentu tidak. Perlu ada syarat KEDUA. Dalam kaidah SMART, ia adalah Spesifik. Nah, #NLP punya cara yang unik. #Goal
  • Spesifik dalam #NLP adalah VAK. Visual, Auditori, Kinestetik. Saat #Goal. SUDAH terwujud, apa bukti yang bisa diLIHAT, DENGAR, dan RASAKAN?
  • Ingat, harus BUKTI saat SUDAH TERWUJUD. Nah, harus hati-hati, karena orang sering terjebak dalam hal bukti ini. #Goal
  • Banyak yang ingin rumah, hanya spesifik soal rumahnya saja. Terwujud sih, tapi ngontrak. Karena BUKTI sertifikatnya lupa dibayangkan. #Goal
  • Bagaimana bisa tahu bukti jika belum tercapai? Berpura-puralah, dengan sungguh-sungguh. Cari tahu, pelajari. Itu PR Anda. #Goal
  • Punya #Goal yang tidak spesifik sama seperti pergi ke suatu kota tanpa alamat jelas, hanya daerahnya. Sampai? Tentu tidak, bukan?
  • Nah, jangan berhenti di Visual saja. Lanjutkan ke Auditori dan Kinestetik. Apa yang Anda dengar saat sudah terwujud? Apa yg terasa? #Goal
  • Yang Anda dengar di sini bisa suara dari orang lain atau hal di luar diri Anda, atau perkataan Anda sendiri. Begitu juga dengan yang terasa. #Goal
  • Sudah selesai soal bukti, saatnya ke syarat KETIGA, yakni soal KONTROL. Tanyalah: Apakah #Goal itu dalam kendali saya sendiri?
  • Biasanya sih belum, makanya belum tercapai. Di sinilah munculnya perencanaan. Potong #Goal Anda jadi potongan kecil yang bisa ‘dikunyah’.
  • Bagaimana menghabiskan nasi sebakul? Dimakan sesuap-sesuap. Bagaimana mencapai #Goal besar? Dipotong jadi tujuan-tujuan kecil.
  • Jika #Goal Anda begitu besar, pastikan Anda sampai pada aktivitas RIIL yang bisa Anda kerjakan SEKARANG, dan ada dalam KONTROL Anda.
  • Dalam organisasi, tujuan besar adalah target, dipotong jadi KPI, hingga akhirnya jadi Activity Plan harian. Demikian pula dalam hidup. #Goal
  • Target untuk menulis sebuah buku, bisa dikontrol dengan menulis 1 artikel per hari. Dalam 30 hari, sudah 30 artikel. Satu buku tuh. #Goal
  • Nah, 3 syarat ini sebenarnya sudah tercakup dalam model SMART. Apa lagi donk bedanya dengan #NLP? Ada, yakni syarat KEEMPAT: Ekologi. #Goal
  • Tujuan sudah, spesifik sudah, rencana sudah. Mengapa bisa belum terwujud? Bisa jadi karena tidak ekologis. Apa sih ekologi ini? #Goal
  • Setiap hal yang kita lakukan, pasti punya dampak terhadap hal-hal lain. Baik dalam diri maupun lingkungan. Ini prinsip dasarnya. #Goal
  • Seseorang punya #Goal bangun bisnis dari nol. Modal mepet. Istri 1, anak 9. Jika nekat, ini namanya tidak ekologis. Contoh ekstrim nih.
  • Maka dalam #NLP, melakukan ‘cek ekologi’ wajib. Agar tidak ada penghambat baik dari dalam maupun luar diri. Begitupun soal #Goal
  • Dari dalam diri, misalnya masih ada ‘mental block’. Ah, saya bukan pebisnis. Maka, harus dibenahi dulu nih keyakinan ini. #Goal
  • Atau, untuk capai #Goal, harus korbankan waktu untuk keluarga. Tidak bisa temani anak belajar. Apakah mau bayar ‘harga’ ini?
  • Yang paling krusial tentu adalah, apakah #Goal ini mengantarkan saya jadi hamba Tuhan yang baik? Semakin dekatkah saya denganNya?
  • Dengan demikian, tidak saja #Goal lebih mudah dicapai, jalannya pun makin terbuka lebar nan mulus. Maka, cek ekologi lah.
  • Empat syarat ini, tidak saja memungkinkan kita mencapai tujuan. Juga membuat prosesnya berjalan alamiah. Karena selaras. #Goal
  • Terkadang saya kaget, karena banyak hal yang saya pikirkan jadi kenyataan. Sejak dari kecil sampai sekarang. #Goal
  • Waktu SD saya bermimpi jadi gitaris sambil pura2 main. Saat SMP terwujud. Begitu pula dengan impian jadi fotografer. #Goal
  • Fotografi bahkan jadi ‘penyelamat’ saya saat kesulitan biasa kuliah. Waktu SMA lain lagi. Ada pengalaman menarik nih. #Goal
  • Saat lihat kakak kelas dilantik jadi ketua OSIS dan pidato, saya katakan, “Tahun depan saya berdiri di situ. Seperti itu.” #Goal
  • Tahu apa yang terjadi. Ya, terjadilah. Saya jadi Ketua OSIS setahun setelahnya. Sampai sekarang saya tak pernah absen punya #Goal
  • Tahun 2007 saya tulis banyak #Goal untuk 5 tahun ke depan. Tiga di antaranya tercapai setahun lebih cepat dari target.
  • Setahun belakangan, saya belajar untuk punya #Goal secara seimbang. Dalam ranah Spiritual, Sosial, Intelektual, dan Finansial.
  • Ranah Spiritual adalah simpul besar, yang akan menjadi penaung dari #Goal di ranah lain. InsyaAllah jadi kebahagiaan hakiki.
  • Ya, buat apa punya banyak hal material jika tak dekatkan diri pada Tuhan? Semua kan sirna, karena kita hanya dititipi. #Goal
  • Maka buatlah #Goal yang besar, yang tak mungkin dicapai sekarang. Agar hidup ini menggairahkan.
  • Kata salah seorang guru saya, kalau #Goal itu kecil dan biasa, maka Tuhan takkan turun tangan membantu kita, karena kita bisa sendiri.
  • Bukan berarti tak boleh punya #Goal kecil. Tapi pastikan ia bagian dari misi mulia kita sebagai pemimpin di muka bumi.
  • Saya kadang bercanda. Kalau #Goal kita besar, tercapai setengahnya juga lumayan. La kalau kecil? ;-)

Belajar dari Rubik’s Cube

rubiks_cube Beberapa waktu lalu saya sempat dibuat pusing dengan rubik’s cube ini. Apa pasal? Hampir 2 minggu saya utak-atik tapi masih belum bisa juga menyusunnya. Menyerah? Tentu tidak, kawan. Cuma perlu bantuan google dan akhirnya menemukan beberapa petunjuk untuk menyelesaikan rubik’s cube itu. Hasilnya, sekarang saya bisa solve rubik’s cube dalam kisaran waktu 2 menit 30 detik. Mungkin buat para master rubik 2 menit itu hanya waktu untuk pemula. Tapi bagi saya, itu pencapaian “hebat”. :)

Dan, dari hal sederhana itu ada beberapa hal yang bisa saya ambil pelajaran mengenai keberhasilan, bahwa :

#1 Dimulai dari keinginan
Di mana ada keinginan, disitu ada jalan. Begitu pepatah bilang. Keinginan adalah sumber ‘penderitaan’, itu kata Bung Iwan Fals. Atau, bermimpilah, dan Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi kita. Itu pendapat Andrea Hirata.
Yang jelas, pengalaman rubik’s cube itu mengajari saya untuk memiliki keinginan, membangun mimpi, dan menyusun cita-cita. Sebab, bagaimana mungkin saya bisa menyelesaikannya kalau keinginan untuk itu saja tidak ada. Sebab, dari situlah saya mulai mencari-cari solusinya. Dan sebab dari situ pulalah saya akhirnnya bisa mengatakan : saya bisa.
Kalau demikian, berarti memiliki keinginan-keinginan yang besar & baik adalah PR selanjutnya.

#2 Jangan katakan tidak mungkin bagi apa yang Anda ingin capai
Ini pesan dari pak Mario Teguh. Yup, mengatakan tidak mungkin untuk cita-cita sendiri sama saja menihilkan kemampuan diri sendiri, dan lebih dari itu, ‘meremehkan’ kekuasaan Tuhan untuk campur tangan mewujudkan keinginan kita. Sebagaimana dalam psikologi positif-nya Martin Seligman, The Secret-nya Rhonda Byrne, atau Quantum Ikhlas-nya Erbe Sentanu, kita diajarkan tentang kekuatan dari berpikir positif dan optimis. Agama menyebutnya dengan ‘husnudzon’ atau berbaik sangka. Jujur saja, awalnya saya sempat berpikir ‘tidak mungkin’ untuk menyelesaikannya, tapi mengingat ‘rumus’ berpikir positif itu, misi akhirnya berhasil dijalankan.

#3 Going for the extra miles
Yap, ini adalah pelajaran lain yang saya dapat, kawan. Seperti yang sudah saya ceritakan di awal, pada akhirnya memang saya berhasil menyelesaikan rubik’s cube sebagaimana yang saya mau, tapi waktu tercepat yang berhasil saya catat masih belum kurang dari 2 menit, karena, saya tidak berusaha lebih kuat lagi. Padahal menurut D.A. Benton, yang saya kutip dari buku Young On Top – nya Billy Boen, “Lakukan sesuatu –dua atau tiga persen- apa yang orang lain tidak lakukan. Kamu akan membuat orang lain kaget dengan melakukan lebih dari apa yang diharapkan. Kamu akan berada di atas rata-rata dan kemungkinan besar kamu akan merasa lebih fun.” Masih dari buku yang sama, Donald Trump juga berpesan “Berkompetisilah dengan diri sendiri. Jangan menjadi seseorang yang hanya satu kali sukses. Setelah sukses, carilah jalan untuk melewati apa yang pernah kamu lakukan. Saya yakin atas apa yang saya lakukan dan saya akan selalu melakukan sesuatu yang lebih besar dan lebih baik.”

Demikian, semoga pelajaran ini juga bermanfaat buatmu, kawan :)

With best regards,
Fahmi Jafar

* Image from : http://sarahcr.wordpress.com/2009/10/14/nothing-but-a-yale-art-star/