Tag Archives: Young on Top

Belajar Sukses dari film ‘3 Idiots’ dan buku ‘Young on Top’

3-idiots-music-album-cover

Ini sudah kedua kalinya saya nonton film ‘3 Idiots’. Dari sisi awam seperti saya, film ini menarik karena menyajikan hiburan yang lengkap dengan pesan moral, cerita yang unik, akting yang bagus, dan tentu saja tari khas film India. Kawan sudah nonton juga? Kalau belum, mungkin kawan bisa sempatkan akhir minggu ini untuk menontonnya :)

Dan, kalau bicara soal pesan moral, ada beberapa catatan yang saya dapatkan dari film itu, bahwa :

# Hidup itu bukanlah soal ‘perlombaan’
Sang rektor, Viru Sasthrabuddi, dalam cerita ini percaya sekali bahwa hidup itu adalah soal perlombaan. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Sedangkan menurut Rancho, si extraordinary student, tidak demikian adanya. Menurutnya hidup bukanlah soal perlombaan, bukan soal menang atau kalah, tapi lebih utamanya adalah soal bagaimana mempersembahkan segala yang terbaik yang kita bisa berikan.

# Institusi sekolah bukan penjamin masa depan
Mungkin ini efek dari mantra ‘hidup itu adalah perlombaan’ di atas. Viru menganggap bahwa siapa yang nomer satu, dia yang akan berhasil. Yang bukan nomer satu, silakan menyingkir!. Huh, padahal, ada banyak faktor yang menjadi variabel bagi kesuksesan seseorang (sebagaimana makna ‘kesuksesan’ itu juga berbeda-beda untuk tiap orang).
Salah satu variabel itu adalah soal sikap/attitude, yang dalam istilah nge-top belakangan disebut dengan EQ (Emotional Quotient). Ini mencakup bagaimana kita berinteraksi dengan lingkungan sekitar, rekan kerja, atasan/bawahan, juga pada orang tua.
Saya sendiri menyaksikan teman-teman semasa SMP, SMU dan kuliah yang dulu saya lihat memang punya ‘attitude’ untuk berhasil, sekarang, mereka meraih pencapaian-pencapaian yang membanggakan. :)

Yang terakhir,

# Do what you love, Love what you do
Lagi-lagi, ini soal passion, kawan. Kerjakan apa yang memang kita cintai dengan sepenuh hati, begitu pesan Rancho pada sahabatnya Raju di film ini. Ah iya, barangkali memang kekuatan cinta itu, dalam segala wujudnya, yang dapat melejitkan semangat untuk berhasil setinggi-tingginya, dalam hal apapun.
Soal passion ini juga merupakan pesan pertama yang disampaikan pak Billy Boen (@billyboen) dalam buku Young on Top-nya. (Buku yang sangat saya rekomendasikan untuk Anda nikmati sekarang, saat kita masih punya waktu untuk berkesempatan berhasil di masa muda). Namun, kalaupun sekarang belum berkesempatan untuk mengerjakan apa yang kita cintai, maka cintailah apa yang kita kerjakan saat ini. Lagi-lagi soal cinta, ya? :)

Demikian,

With best regards,
Fahmi Jafar.

* Image taken from http://churumuri.wordpress.com/

Belajar dari Rubik’s Cube

rubiks_cube Beberapa waktu lalu saya sempat dibuat pusing dengan rubik’s cube ini. Apa pasal? Hampir 2 minggu saya utak-atik tapi masih belum bisa juga menyusunnya. Menyerah? Tentu tidak, kawan. Cuma perlu bantuan google dan akhirnya menemukan beberapa petunjuk untuk menyelesaikan rubik’s cube itu. Hasilnya, sekarang saya bisa solve rubik’s cube dalam kisaran waktu 2 menit 30 detik. Mungkin buat para master rubik 2 menit itu hanya waktu untuk pemula. Tapi bagi saya, itu pencapaian “hebat”. :)

Dan, dari hal sederhana itu ada beberapa hal yang bisa saya ambil pelajaran mengenai keberhasilan, bahwa :

#1 Dimulai dari keinginan
Di mana ada keinginan, disitu ada jalan. Begitu pepatah bilang. Keinginan adalah sumber ‘penderitaan’, itu kata Bung Iwan Fals. Atau, bermimpilah, dan Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi kita. Itu pendapat Andrea Hirata.
Yang jelas, pengalaman rubik’s cube itu mengajari saya untuk memiliki keinginan, membangun mimpi, dan menyusun cita-cita. Sebab, bagaimana mungkin saya bisa menyelesaikannya kalau keinginan untuk itu saja tidak ada. Sebab, dari situlah saya mulai mencari-cari solusinya. Dan sebab dari situ pulalah saya akhirnnya bisa mengatakan : saya bisa.
Kalau demikian, berarti memiliki keinginan-keinginan yang besar & baik adalah PR selanjutnya.

#2 Jangan katakan tidak mungkin bagi apa yang Anda ingin capai
Ini pesan dari pak Mario Teguh. Yup, mengatakan tidak mungkin untuk cita-cita sendiri sama saja menihilkan kemampuan diri sendiri, dan lebih dari itu, ‘meremehkan’ kekuasaan Tuhan untuk campur tangan mewujudkan keinginan kita. Sebagaimana dalam psikologi positif-nya Martin Seligman, The Secret-nya Rhonda Byrne, atau Quantum Ikhlas-nya Erbe Sentanu, kita diajarkan tentang kekuatan dari berpikir positif dan optimis. Agama menyebutnya dengan ‘husnudzon’ atau berbaik sangka. Jujur saja, awalnya saya sempat berpikir ‘tidak mungkin’ untuk menyelesaikannya, tapi mengingat ‘rumus’ berpikir positif itu, misi akhirnya berhasil dijalankan.

#3 Going for the extra miles
Yap, ini adalah pelajaran lain yang saya dapat, kawan. Seperti yang sudah saya ceritakan di awal, pada akhirnya memang saya berhasil menyelesaikan rubik’s cube sebagaimana yang saya mau, tapi waktu tercepat yang berhasil saya catat masih belum kurang dari 2 menit, karena, saya tidak berusaha lebih kuat lagi. Padahal menurut D.A. Benton, yang saya kutip dari buku Young On Top – nya Billy Boen, “Lakukan sesuatu –dua atau tiga persen- apa yang orang lain tidak lakukan. Kamu akan membuat orang lain kaget dengan melakukan lebih dari apa yang diharapkan. Kamu akan berada di atas rata-rata dan kemungkinan besar kamu akan merasa lebih fun.” Masih dari buku yang sama, Donald Trump juga berpesan “Berkompetisilah dengan diri sendiri. Jangan menjadi seseorang yang hanya satu kali sukses. Setelah sukses, carilah jalan untuk melewati apa yang pernah kamu lakukan. Saya yakin atas apa yang saya lakukan dan saya akan selalu melakukan sesuatu yang lebih besar dan lebih baik.”

Demikian, semoga pelajaran ini juga bermanfaat buatmu, kawan :)

With best regards,
Fahmi Jafar

* Image from : http://sarahcr.wordpress.com/2009/10/14/nothing-but-a-yale-art-star/