Habiskan Saja Gajimu…di Jalan yang Benar!

Baru saja selesai baca bukunya pak @ahmadgozali yang judulnya “Habiskan Saja Gajimu!”. Beliau sendiri adalah seorang perencana keuangan profesional yang sudah cukup lama dan berpengalaman dalam bidang perencanaan keuangan.

Dari judulnya memang terkesan agak nyeleneh, seolah-olah kita diminta untuk menghabiskan seluruh penghasilan tiap bulannya. Tapi kalau ditilik lebih jauh, buku ini sebenarnya berisi sebuah ajakan untuk mengubah mindset dan kebiasaan dalam pengaturan keuangan baik untuk pribadi maupun rumah tangga.

Kalau sebelumnya selalu berpikir untuk MENYISAKAN uang atau pendapatan tiap bulannya untuk kemudian ditabung, maka buku ini mengajak untuk MENGHABISKAN uang, namun dengan urutan prioritasnya yang telah diubah di mana kalau sebelumnya urutan pengelompokan pengeluaran keuangan seperti berikut :

  1. #1. Biaya hidup (makan, transportasi, biaya sekolah anak, dll)
  2. #2. Cicilan hutang (cicilan KPR, cicilan kendaraan, dll)
  3. #3. Saving (membeli emas, membayar premi asuransi, dll)
  4. #4. Pengeluaran sosial (zakat/infak/sedekah, atau pengeluaran yang sifatnya berderma)

Maka, beliau menekankan untuk merubah urutannya menjadi :

  1. #1. Pengeluaran sosial
  2. #2. Cicilan hutang
  3. #3. Saving, dan yang terakhir
  4. #4. Biaya hidup

Kalau dilihat dari urutan di atas, memang sejalan yang disampaikan Ust. Yusuf Mansur, di mana penghasilan yang kita terima lebih dulu dipotong untuk zakat atau sedekah. Tujuannya tentu agar ini menjadi kebiasaan sehingga kita selalu mendahulukan kepentingan agama di atas kepentingan diri sendiri.

Sedangkan untuk cicilan hutang dan saving, ditempatkan sebelum biaya hidup tentunya agar tidak menyusahkan diri di kemudian hari. Karena kalau hutang terlambat bayar, bisa kena denda atau bahkan debt-collector yang datang. Sedangkan untuk saving, kalau diletakkan setelah biaya hidup maka besar kemungkinannya tidak bisa dilaksanakan karena umumnya biaya hidup ini susah terkontrol, jadilah saving hanya sisa pengeluaran – itupun kalau ada yang tersisa.

Dan yang terakhir, biaya hidup diletakkan di akhir, karena biaya hidup cenderung dapat kita pilih dan kita kendalikan, misalnya dari jenis dan harga makanan yang kita makan tiap harinya, dan sebagainya.

Walaupun mungkin tampak agak susah diterapkan, rasanya tidak ada salahnya mencoba ide ini.. :)