Empat Kelompok Hamba

“Terbagi hamba-hamba Allah itu menjadi empat kelompok,” demikian Sang Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan dalam riwayat Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi. “Golongan pertama adalah hamba yang dikaruniai ilmu dan harta. Maka dia bertaqwa kepada Allah dengan ilmu yang ada padanya. Dia jalankan segala perintah, dia jauhi segala larangan. Dia nafkahkan hartanya dengan hati-hati untuk keluarga, kerabat, dan orang-orang yang membutuhkan baik yang meminta ataupun tidak. Dia sisihkan bagian dari harta itu untuk kemanfaatan yang luas di jalan Allah. Maka dialah sebaik-baik hamba.”

“Adapun jenis hamba yang kedua adalah mereka yang dikaruniai ilmu namun tak dilimpahi harta. Maka mereka bertaqwa kepada Allah dan berbuat kebajikan sejauh jangkauan tangan dan sekuat kemampuan. Lalu mereka berkata, ‘Ya Allah, andai Kau limpahi kami harta sebagaimana Kau limpahkan pada hamba-hambaMu dari golongan yamg pertama itu, maka kami pun akan berbuat sebagaimana mereka.’
Maka pahala kedua golongan ini, tegas Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam, adalah sama.”

“Dan kelompok hamba yang ketiga,” lanjut Sang Nabi, “adalah mereka yang dilimpahi harta, namun tak dikaruniai ilmu. Mereka tak bertaqwa kepada Allah, dan jauh dari ketaatan padaNya lagi dekat dengan kedurhakaan. Hartanya dinafkahkan dalam kesia-siaan dan kemaksiatan yang kian lama makin banyak macamnya dan kian berat dosanya. Dia inilah seburuk-buruk hamba.”

“Terakhir, jenis hamba keempat adalah hamba yang tanpa ilmu dan tanpa harta. Mereka ini juga tak bertaqwa kepada Allah. Isi angan-angannya adalah, ‘Ya Allah, andai Kau limpahi kami kekayaan seperti halnya hambaMu di kelompok yang ketiga, pastilah kami berbuat kemaksiatan sebagaimana mereka berbuat atau lebih berat lagi’
Timbangan kedua jenis manusia ini, pungkas Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam, adalah sama.”

#Dalam Dekapan Ukhuwah – Ust. Salim A. Fillah

Hijrah

Ada yang bilang, kalau ingin berubah maka hijrahlah (berpindah); karena dengan berpindah maka peluang berubah pun lebih terbuka. Dan berpindah secara fisik: (mungkin tempat tinggal atau tempat kerja) memberi kesempatan untuk berpindah secara kualitas. Yang sebelumnya kualitas kerjanya sekelas amatir, naik jadi profesional, yang tadinya kelas ekonomi, jadi kelas eksekutif.. Asal jangan sebaliknya, jadi lebih buruk :(

Beberapa tahun yang lalu ketika pertama kalinya saya pindah tugas ke negeri tetangga, saya merasa banyak sekali hal-hal baru yang saya temui sangat berbeda dengan di tanah air. Mulai dari orang-orangnya, bahasanya, pola kerjanya, sampai soal makanannya. Dan perbedaan-perbedaan ini tentu saja membuat saya seperti harus belajar lagi cara menghargai perbedaan itu. Bertemu dengan orang-orang dari berbagai negara, Filipina, India, Pakistan, Kazakstan, bahkan Kanada, dan peluang belajar dari orang-orang itu pun banyak sekali. Di Indonesia aja yang sudah sedemikian ragamnya kita bisa belajar banyak, apalagi dengan orang-orang dari negara lain.

Dan sekarang di tempat yang baru, walau rasanya seperti mulai dari nol lagi, bertemu dengan orang-orang & lingkungan baru, saya berharap kepindahan ini bisa membawa perubahan dalam hidup menjadi lebih baik, baik kualitas kerja, kualitas diri, and on top of that, kualitas spiritual.. :)