“Terbagi hamba-hamba Allah itu menjadi empat kelompok,” demikian Sang Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan dalam riwayat Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi. “Golongan pertama adalah hamba yang dikaruniai ilmu dan harta. Maka dia bertaqwa kepada Allah dengan ilmu yang ada padanya. Dia jalankan segala perintah, dia jauhi segala larangan. Dia nafkahkan hartanya dengan hati-hati untuk keluarga, kerabat, dan orang-orang yang membutuhkan baik yang meminta ataupun tidak. Dia sisihkan bagian dari harta itu untuk kemanfaatan yang luas di jalan Allah. Maka dialah sebaik-baik hamba.”
“Adapun jenis hamba yang kedua adalah mereka yang dikaruniai ilmu namun tak dilimpahi harta. Maka mereka bertaqwa kepada Allah dan berbuat kebajikan sejauh jangkauan tangan dan sekuat kemampuan. Lalu mereka berkata, ‘Ya Allah, andai Kau limpahi kami harta sebagaimana Kau limpahkan pada hamba-hambaMu dari golongan yamg pertama itu, maka kami pun akan berbuat sebagaimana mereka.’
Maka pahala kedua golongan ini, tegas Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam, adalah sama.”
“Dan kelompok hamba yang ketiga,” lanjut Sang Nabi, “adalah mereka yang dilimpahi harta, namun tak dikaruniai ilmu. Mereka tak bertaqwa kepada Allah, dan jauh dari ketaatan padaNya lagi dekat dengan kedurhakaan. Hartanya dinafkahkan dalam kesia-siaan dan kemaksiatan yang kian lama makin banyak macamnya dan kian berat dosanya. Dia inilah seburuk-buruk hamba.”
“Terakhir, jenis hamba keempat adalah hamba yang tanpa ilmu dan tanpa harta. Mereka ini juga tak bertaqwa kepada Allah. Isi angan-angannya adalah, ‘Ya Allah, andai Kau limpahi kami kekayaan seperti halnya hambaMu di kelompok yang ketiga, pastilah kami berbuat kemaksiatan sebagaimana mereka berbuat atau lebih berat lagi’
Timbangan kedua jenis manusia ini, pungkas Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam, adalah sama.”
#Dalam Dekapan Ukhuwah – Ust. Salim A. Fillah